Posted by PT. Equityworld Futures on Rabu, 07 Desember 2016
TEPAT pukul 05:03:36 WIB (Rabu, 7/12/2016) Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengumumkan bahwa titik lokasi gempa berada pada 5,25 LU dan 96,24 BT dengan kekuatan 6,5 SR. Tidak berpotensi tsunami, terjadi di daerah 18 km Timur Laut Kabupaten Pidie Jaya-Aceh (http://www.bmkg.go.id). Peristiwa tersebut telah mengakibatkan sejumlah bangunan roboh, sementara jumlah korban terus bertambah seiring proses jalannya evakuasi. Beberapa daerah sekitar titik gempa yang mengalami kerusakan parah di antaranya adalah Kabupaten Pidie Jaya dan Bireuen.
Menurut penulis, tafsir di atas menjelaskan bahwa betapa jelasnya Allah Swt memberikan gambaran tentang sebab-sebab kerusakan yang terjadi di permukaan bumi, dan semua persoalan tersebut disebabkan oleh perilaku manusia. Dalam hal ini, manusia selain berperan sebagai khalifah di permukaan bumi yang sejatinya menjaga kemaslahatan alam, namun manusia juga memiliki peran atau andil dalam merusak tatanan alam (bumi) yang telah diciptakan Allah Swt. Manusia dapat berperan ganda dalam menangani alam, yakni dapat berperan sebagai penjaga alam dan dapat pula berperan sebagai perusak alam. Dan semuanya itu dilakukan manusia melalui aktivitas keagamaan, sosial, ekonomi, dan politik.
Kata “manusia” mungkin masih umum pemaknaannya bagi para pembaca dalam hal persoalan manusia sebagai penyebab munculnya bencana (gempa bumi). Subjek lain dari nama manusia dapat diganti dengan sebutan pemuda, birokrat, cendikiawan atau ulama. Upaya pergantian subjek nama tersebut, penulis lakukan karena sangat menarik jika persoalan terjadinya gempa bumi di Aceh kali ini, mungkin sebagai bentuk teguran terhadap tingkah laku kalangan tersebut di atas. Semoga kemungkinan itu tidak pasti.
Sejumlah bangunan seperti masjid, pesantren (dayah), pertokoan bertingkat, rumah penduduk, dan perguruan tinggi pun ikut hancur diguncang gempa. Telah dipahami bahwa Aceh memang dikategorikan sebagai daerah yang rawan bencana, termasuk gempa bumi. Walaupun demikian, kepercayaan masyarakat Aceh secara umum memahami bahwa segala sesuatu bencana yang melanda pada hakekatnya atas kehendak Allah Swt. Dalam hal ini, terdapat dua pandangan bahwa gempa yang melanda Pidie Jaya dan sekitarnya itu; Apakah dikategorikan sebagai bentuk nikmat atau laknat yang diberikan Allah Swt kepada masyarakat Aceh?
Berdasar hasil analisis BMKG, akibat gempa bumi di Pidie Jaya dan sekitarnya terjadi karena dibangkitkan oleh aktivitas sesar mendatar (strike-slip fault). Sehingga mengakibatkan goncangan di permukaan bumi. Dari satu faktor tersebut ada satu pertanyaan filosofis; Siapakah yang menyebabkan terjadinya aktivitas sesar mendatar tersebut? Untuk mencoba menjawab pertanyaan di atas, secara umum masyarakat Aceh masih percaya bahwa bumi tidak akan berguncang dengan sendirinya tanpa sebab. Sehingga sebab terjadinya gempa bumi yang melanda Aceh kesekian kalinya ini, tidak diterjemahkan sebagai sebab dari fenomena alam semata atau sebab dari fenomena tingkah laku masyarakat Aceh?
Tentunya setiap bencana yang diturunkan kepada umat manusia pasti ada hikmahnya. Contoh, walaupun Aceh dikategorikan sebagai daerah rawan gempa, di balik itu pula Aceh dikategorikan sebagai daerah yang kaya dengan sumber daya alam (SDA), baik berbentuk emas ataupun biji besi. Dalam paradigma sosiologi agama, terjadinya suatu bencana tidak lepas dari perilaku manusia yang menjadi indikator, sebagai sebab munculnya suatu bencana. Islam mengajarkan bahwa hubungan alam (bumi) dengan manusia bersifat saling ketergantungan.
Argumen ini berangkat dari pemahaman penulis tentang penjelasan yang disampaikan oleh tafsir yang mu’tabar. Firman Allah Swt, “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah: Berpergianlah di muka bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang yang dahulu, kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan Allah.” (QS. Ar-Rum: 41- 42).
Status Tanggap Darurat Bencana Gempa Aceh Hingga 20 Desember | Equity World
Status Tanggap Darurat Bencana diterapkan selama 14 hari, yakni 7-20 Desember 2016, melalui surat Nomor 39/PER/2016 akibat gempabumi berkekuatan 6,5 SR yang terjadi Rabu (7/12/2016).
Apalagi jumlah korban jiwa terus bertambah.
Hingga Kamis (8/12/2016) pagi menjelang siang ini jumlah korban meninggal dunia akibat gempa bumi 6,5 Skala Richter di Pidie Jaya, Aceh mencapai 99 orang. Sutopo juga mengatakan, kemungkinan jumlah korban tewas tersebut akan terus bertambah mengingat evakuasi yang masih terus dilakukan.
Selain 99 orang yang tewas, ada 1 orang hilang, 136 luka berat, 616 luka ringan serta 124 bangunan masjid roboh. "Korban rata-rata meninggal karena tertimpa bangunan yang runtuh dan upaya evakuasi masih terus dilakukan. Kemungkinannya korban yang meninggal masih ada," kata Sutopo dalam siaran di Kompas TV.
"Untuk mempercepat proses tanggap darurat bencana maka Gubernur Aceh menetapkan status Tanggap Darurat Bencana selama 14 hari," ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho kepada Tribun, Kamis (8/12/2016).
Masa tanggap darurat ini berlaku untuk tiga kabupaten yaitu Kabupaten Pidie Jaya, Pidie dan Bireuen. Sutopo menjelaskan penetapan tanggap darurat diperlukan untuk memudahkan penanganan darurat dan kemudahan akses menggunakan potensi sumber daya yang ada.
Korban Meninggal Dunia Gempa Aceh Mencapai 102 Jiwa | Equity World
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis data terbaru korban meninggal dunia akibat gempa Aceh. Data terkini menyebutkan ada 102 orang yang meninggal dunia.
Sutopo juga menyampaikan saat ini skala penanganan bencana gempa tersebut berada di tingkat provinsi. Hal itu ditetapkan dalam Surat Keputusan Gubernur Aceh. Fokus penanganan bencana yaitu penyelamatan korban, rapat koordinasi, penentuan status darurat, dan pemenuhan kebutuhan pengungsi.
Berikut data korban seperti disampaikan Sutopo:
- 102 orang meninggal dunia
- 1 orang hilang
- 136 orang luka berat
- 616 orang luka ringan
- 3276 orang mengungsi
"Jadi ini disampaikan dari total 3 kabupaten. Nanti perinciannya," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di kantornya, Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Kamis (8/12/2016).