Pertumbuhan investasi masih berada di kisaran 6 persen | PT Equityworld Futures Pusat
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, Indonesia membutuhkan pertumbuhan investasi sebesar 8 persen untuk mendapatkan skenario pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
Ia mengungkapkan, pertumbuhan investasi saat ini berada di kisaran enam persen. Maka, menurut dia, untuk bisa mencapai 8 persen, maka tidak mungkin hanya memompa dari defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) saja, tetapi paling penting dari sektor swasta.
"Presiden sangat menekankan skenario apapun, semuanya membutuhkan investasi yang lebih besar. Jadi, growth (pertumbuhan) dari investasi harus di atas 8 persen tahun ke tahun," kata Sri Mulyani di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, mengutip Antara, Rabu (15/3).
Sementara, untuk inflasinya sendiri tetap dengan asumsinya adalah antara 4,5 plus minus 1 dengan nilai tukar rupiah sebesar Rp13.300-13.000 atau maksimal Rp13.900 per dolar AS.
"Termasuk kontribusi dari kredit perbankan, capital market. Dari sisi BMN, capital expenditure (belanja modalnya) dan Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)," terang dia.
Pertumbuhan ekonomi 2018 ditargetkan berkisar 5,2-6,1 persen yang nantinya akan disesuaikan bergantung pada perkembangan ekonomi yang terjadi sepanjang semester 1 2017.
"Bahkan pemerintah dalam hal ini tidak hanya memperhatikan defisit total, tetapi juga saya sampaikan, primary balance-nya juga diharapkan bisa lebih turun ke 0,5. Jadi, ini adalah sesuatu yang harus kita kombinasikan antara penerimaan negara harus tumbuh, tax ratio harus tumbuh jadi 11 persen, dan belanjanya harus semakin terfokus pada hal-hal produktif," imbuh dia.
Sri Mulyani menambahkan, dari sisi defisit APBN akan diberikan rambu-rambu pada kisaran 2 - 2,2 persen, sehingga diharapkan masih dapat terkendali dengan baik.
Sri Mulyani Taksir Pertumbuhan Ekonomi 2017 di Atas 5,1% | PT Equityworld Futures Pusat
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, prediksi ekonomi 2017 menjadi salah satu patokan untuk merancang APBN 2018. Ekonomi Indonesia sendiri diprediksi dapat tumbuh di atas 5,1% pada tahun ini.
Pemerintah dalam APBN 2017 mematok pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1%. Target ini lebih tinggi dibandingkan capaian tahun lalu sebesar 5,02%.
Ya kita masih membahas untuk 2018. Pertama, dilihat 2017 bagaimana kemungkinan perkembangannya, baik dari sisi ekonomi maupun dari sisi APBN. Dari sisi ekonomi, kita lihat pertumbuhan kemungkinan bisa lebih tinggi dari asumsi 5,1% naik menjadi 5,2%; bahkan ada yang optimis sampai 5,3%," jelasnya di Kompleks Istana Negara, Jakarta, Rabu (15/3/2017).
Sri Mulyani pun menjelaskan kepada Jokowi tentang dampak dari kenaikan harga minyak dunia. Ia menerangkan, pemerintah perlu melakukan penyesuaian subsidi agar tidak membebankan APBN.
"Dari sisi APBN beberapa pos kalau harga minyak naik kurs meningkat maka kita akan mendapatkan penerimaan dari SDA, namun saat yang sama kalau subsidi tidak dilakukan perubahan maka kita juga akan alami kenaikan subsidi, hitungannya terutama pada elpiji, kemudian BBM, dan kenaikan solar. Kenaikan itu saling menghilangkan, sehingga bagaimana kita mengelola APBN tetap tidak berbeda jauh, namun momentum pergerakan dan program pemerintah tidak terganggu, ini yang tadi kita presentasikan," tuturnya.
Harga minyak dan inflasi juga turut diperhatikan oleh Sri Mulyani. Ia mengungkapkan, inflasi adalah salah satu hal yang dimintai oleh Jokowi agar tetap terjaga.
"Kemudian dari sisi harga minyak sudah tinggi dari USD45 per barel. Kita lihat inflasi adalah faktor yang Bapak Presiden menekankan supaya tetap dijaga apabila harga pangan tetap stabil. Tapi ini ada tekanan yang cukup riil dari inflasi, kemudian kurs juga karena inflasi kita relatif lebih tinggi mungkin akan alami tekanan. Nah, dari perubahan asumsi makro ini tentu akan kita lihat pengaruhnya ke APBN," jelasnya.