Posted by PT. Equityworld Futures on Minggu, 04 Desember 2016
Calon gubernur DKI Jakarta petahana, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, sempat berdebat dengan salah satu pendukungnya. Perdebatan mereka terkait larangan becak di Jakarta. Pendukung Ahok asal Tanah Tinggi itu awalnya mempertanyakan larangan becak di Jakarta. "Yang Pak Ahok bilang keadilan, kenapa mereka ini tak mendapat perhatian. Saya bukan tukang becak," kata pria asal Tanah Tinggi itu kepada Ahok di Rumah Lembang, Jakarta Pusat, Senin (5/12/2016).
Ahok kembali menjelaskan bahwa ada alternatif angkutan lain seperti bajaj. Transportasi roda tiga itu akan masuk ke gang saat bus sudah masuk ke perumahan. Bajaj juga sudah diatur per wilayah. "Becak kami enggak izinkan lagi karena ada perda enggak boleh," kata Ahok. "Saya bukan pengusaha becak, Pak. Kawan saya jadi nganggur," keluh pendukungnya lagi.
"Saya ngerti Pak, enggak bisa diizinkan, Pak. Kalau dia nganggur bukan jadi (narik) becak. Lebih baik dia lamar jadi (petugas Transjakarta) atau PPSU (Penanganan Prasarana dan Sarana Umum)," kata Ahok. "Dia enggak bisa setir, Pak," bantah pendukungnya lagi. "Dia bisa kerja kebersihan atau apa pun. Pokoknya saya tidak akan izinkan becak di Jakarta," kata Ahok yang langsung diakhiri dengan foto bersama.
Ahok menjelaskan bahwa larangan becak sudah ada sebelum dirinya menjabat. Aturan itu berupa Perda Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum. Ahok menuturkan, bila Pemprov DKI Jakarta dibolehkan beroperasi sebagai angkutan ke pasar, maka akan meluas ke jalan raya. Jumlah becak pun dianggap terus bertambah. "Saya lihat becak-becak ini baru. Itu nambah dari Jawa dikirim, dan orang-orang sebagian yang narik becak sebagian dari Jawa. Ini enggak boleh dibiarkan," kata Ahok.
Bila ingin adil, maka Ahok akan mengizinkan angkot beroperasi hingga ke dalam perumahan. Dia pun kembali menegaskan becak tak diizinkan. "Enggak, maksud saya gini, Pak," potong pendukung Ahok. "Kalau semua becak masuk ke Jakarta, yang ada tambah macet," selak Ahok. "Maksud saya gini, per wilayah dengan terbatas," kata pendukungnya lagi.
Ahok: Saya Tidak Pernah Suka Bantuan Sosial, Itu Tidak Mendidik | PT Equityworld
Calon Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tidak menyukai program yang berbentuk bantuan sosial. Ia memilih program dengan wujud keadilan sosial untuk menyejahterakan warga Jakarta. Hal itu diungkapkan Ahok saat hadir di Rumah Lembang, Senin (5/12/2016). Di hadapan warga dan pendukung, cagub nomor urut 2 itu mengungkapkan menyukai program berbentuk keadilan sosial dari pengalamannya sejak merintis karir politik pada 2003.
Mantan Bupati Belitung Timur itu mengatakan dirinya telah disumpah melalui sumpah jabatan untuk melakukan keadilan sosial bagi warga DKI. Ia juga menggarisbawahi Pancasila sila ke-5 yang memiliki esensi keadilan sosial bagi seluruh rakyat. "Waktu dilantik jadi gubernur, saya disumpah mewujudkan keadilan sosial. Kami berpikir di mana fungsi pejabat adalah mengadministrasi keadilan sosial. Sila ke-5 bantuan sosial apa keadilan sosial? Pendiri negara kita mengerti, bukan bantuan sosial, tapi keadilan sosial," terang Ahok.
"Saya enggak suka bansos kesehatan atau bansos sembako. Saya enggak pernah suka. Sejak karir politik saya 2003, saya enggak suka. Kalau saya datang ke kampung, terus saya bagi beras, padahal mereka tidak butuh dan saya kasih beras itu, sementara yang butuh beras lagi enggak ada di tempat, apa itu namanya keadilan?" ujar Ahok.
"Sama juga kayak bantuan kesehatan. Misal kita kasih dokter ke kampung-kampung, tapi yang kita datangin cuma butuh vitamin. Giliran mereka sakit harus pontang-panting ngutang, jual tanah. Itu namanya bantuan?" sambungnya.
Ahok memaparkan perbedaan antara bantuan sosial dan keadilan sosial terletak pada nilai edukasi kepada warga. Ia mengatakan bahwa melalui program berbentuk keadilan sosial, pelaksanaannya akan berimbang. "Beda bantuan dan keadilan sosial. Keadilan sosial membangun dan mendidik orang. Orang yang ngeluarin dan nerima merasa ikhlas. Tapi kalau bantuan, sering kali orang enggak ikhlas," kata Ahok.
Ahok: Tolong Sampaikan, Beri Kami 2 Periode untuk Mewujudkan Keadilan Sosial | PT Equityworld
Calon Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menyebut musim kampanye pilkada menjadi kesempatan bagi oknum yang ingin merusak nilai-nilai demokrasi melalui isu SARA. Menurut Ahok, isu tersebut sengaja diembuskan karena mengetahui dirinya memiliki program-program yang sulit ditandingi oleh pasangan calon lain.
"Keadilan sosial dapat diwujudkan. Bapak-Ibu jangan cuma datang ke sini (Rumah Lembang). Waktu keluar, bicara sama teman, saudara, maupun teman chat di grup. Aku tahu pasti pada berantem sekarang. Aku ngerti banget. Pasti banyak yang caci maki," kata Ahok. "Minimal sampaikan, Ahok minta perpanjang 2 periode supaya bisa merealisasi keadilan sosial untuk mewujudkan keadilan sosial bagi semua," tandasnya.
"Di musim pilkada, banyak oknum politikus busuk ingin mendegradasi (nilai demokrasi), sebab orang yang enggak sanggup bersaing. Dia selalu gunakan itu (isu SARA). Ibu, Bapak, kalau calon lain kampanye program, dengerin juga ya. Jangan-jangan cuma nyontek aku juga," kata Ahok yang disambut tepuk tangan pendukung di Rumah Lembang, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (5/12/2016).
Cagub yang diusung PDIP, Golkar, NasDem, dan Hanura itu juga menyampaikan kepada pendukung yang hadir di Rumah Lembang agar berpartisipasi untuk melakukan sosialisasi dan kampanye untuk Ahok-Djarot di luar Rumah Lembang.