Bali Demokrasi Forum (BDF) ke-9 akan dibuka oleh Presiden Jokowi di Nusa Dua Bali Kamis (08/12/2016). Salah satu tema BDF kali ini adalah mengangkat Isu Agama dan Pluralisme dalam Kehidupan Berdemokrasi. Cendikiawan Muslim Indonesia Azyumardi Azra, yang juga adalah Guru Besar dan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah mengatakan, Indonesia adalah negara Islam terbesar di dunia. Sebagai negara Islam terbesar, Indonesia memiliki peran yang besar dalam pengembangan demokrasi di negara-negara Islam dunia.
Pengakuan dunia internasional akan eksistensi BDF juga terlihat dari kehadiran tokoh dunia seperti Kofi Annan (Sekjen PBB 1997 - 2006), Surin Pitsuwan (Sekjen ASEAN 2008 - 2012) dan Ouided Bouchamaoui (Pemenang Nobel Perdamaian 2015 dari Tunisia) yang sekaligus menjadi keynote speaker dan pembicara dalam beberapa sesi. Sementara itu, rencananya Sekjen PBB, Ban Ki-moon dan Presiden Sidang Majelis Umum PBB ke-71, Peter Thomson juga akan menyampaikan pesan dalam bentuk video message. “Tema BDF ke-9, ‘Religion, Democracy and Pluralism’ sangat relevan dengan keadaan dunia saat ini di tengah meningkatnya pemahaman sempit mengenai agama.
Intoleransi antar umat beragama dan bangsa berpotensi mengikis perkembangan demokrasi di berbagai negara, termasuk Indonesia” ujar Dirjen Informasi dan Diplomasi Publik, Duta Besar Esti Andayani. Melalui BDF ke-9 maka diharapkan peserta dapat saling belajar mengenai cara terbaik dalam merespon permasalahan ini secara demokratis.
Guna menyajikan bentuk yang lebih konkrit, BDF ke-9 untuk pertama kalinya akan mengajak delegasi untuk melakukan kunjungan lapangan, yakni ke Pondok Pesantren Bali Bina Insani di Kabupaten Tabanan. Pada kunjungan ini para delegasi dapat melihat langsung praktik kehidupan toleransi antar umat beragama dan proses edukasi yang melanggengkan tradisi pluralisme di Indonesia.
"Apalagi dengan kehadiran Presiden Jokowi besok dalam pembukaan BDF ke-9, dunia akan melihatnya sebagai representasi negara Islam terbesar dunia," ujarnya di Nusa Dua Bali, dalam Seminar Sehari International Seminar on Islam, Democrazy and the Challenges of Pluralism and Security di Nusa Dua Bali, Rabu (07/12/2016).
Menurutnya, Indonesia sebagai negara penduduk muslim terbesar, harus mendorong demokrasi negara-negara muslim terutama di Timur Tengah untuk berkembang dengan lebih baik. "Sekalipun di Timur Tengah itu negara Islam, tetapi perkembangan demokrasinya tidak sebaik Indonesia. Makanya Indonesia harus menjadi pelopor kemajuan demokrasi di negara-negara Islam di dunia," ujarnya.
Indonesia harus mampu memperlihatkan kepada dunia bahwa Islam itu adalah cocok untuk demokrasi. Meski pun ada banyak ekses, tetapi demokrasi di negara-negara muslim harus semakin menguat. Memang masih banyak hal yang harus dilakukan, seperti pertukaran pengalaman demokrasi terbaik di berbagai negara Islam untuk membagi pengalamannya kepada dunia tetang pentingnya perkembangan demokrasi di negara Islam.
Tentu saja sesuai dengan karakter demokrasi Indonesia. Indonesia tidak boleh menggurui negara-negara lain yang besar, tetapi lebih kepada pendekatan diplomasi. "Apalagi dengan kehadiran Jokowi, akan menjadi sebuah dinamika tersendiri di BDF ke-9 ini," ujarnya.
Kalau dalam BDF tidak tidak membahas secara mendalam soal radikalisme, ekstrimisme dan sebagainya karena Indonesia sesungguhkan menjadi negara yang sangat baik pembangunan demokrasinya. Secara politik, Indonesia relatif stabil, pemilu berlangsung stabil. Indonesia juga disegani karena ekonominya terus bertumbuh.
BDF ke-9 akan dihadiri wakil dari 84 negara dan 5 organisasi internasional dengan 25 negara di antaranya pada tingkat menteri dan wakil menteri. Tingginya partisipasi pejabat tinggi negara telah mengukuhkan posisi BDF sebagai satu-satunya forum dialog mengenai pembangunan demokrasi yang konstruktif di kawasan Asia Pasifik. BDF tahun 2015 hanya dihadiri oleh 14 menteri dan wakil menteri.
Kedatangan Jokowi Perkuat Peran Bali Democracy Forum di Mata Dunia | PT Equityworld
Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) dipastikan akan membuka Bali Democracy Forum IX (BDF) di Bali International Convention Centre, Nusa Dua, pada Kamis 8 Desember. Ini merupakan kehadiran pertama Jokowi di BDF sejak menjabat sebagai Presiden RI pada 2014. "Tema BDF IX, 'Religion, Democracy and Pluralism' sangat relevan dengan keadaan dunia saat ini di tengah meningkatnya pemahaman sempit mengenai agama. Intoleransi antarumat beragama dan bangsa berpotensi mengikis perkembangan demokrasi di berbagai negara, termasuk Indonesia," ujar Dirjen Informasi dan Diplomasi Publik, Duta Besar Esti Andayani, seperti dimuat dalam siaran pers yang diterima Okezone, Rabu (7/12/2016).
Kedatangan Presiden Jokowi dinilai oleh cendekiawan Muslim Azyumardi Azra akan memperkuat BDF baik di regional (kawasan) maupun internasional. Pada tingkat yang lebih luas, peran BDF akan lebih luas, tidak hanya kepada negara dengan mayoritas penduduk Muslim, tetapi juga negara-negara lain.
"Kedatangan Jokowi bisa ditindaklanjuti untuk membangkitkan peran Indonesia dalam hal ini Kemlu untuk melakukan forum-forum pertukaran. Contohnya ketika kita mengundang berbagai pihak dari Timur Tengah ke Jakarta untuk bertukar informasi mengenai demokrasi dan pengalaman Indonesia dalam menjalankan demokrasi," tukas mantan rektor UIN Syarif Hidayatullah itu.
BDF IX akan dihadiri wakil dari 84 negara dan lima organisasi internasional dengan 25 negara di antaranya pada tingkat menteri dan wakil menteri. Tingginya partisipasi pejabat tinggi negara telah mengukuhkan posisi BDF sebagai satu-satunya forum dialog mengenai pembangunan demokrasi yang konstruktif di kawasan Asia Pasifik. BDF 2015 dihadiri oleh 14 menteri dan wakil menteri.
Pengakuan dunia internasional akan eksistensi BDF juga terlihat dari kehadiran tokoh dunia seperti Kofi Annan (Sekjen PBB 1997 - 2006), Surin Pitsuwan (Sekjen ASEAN 2008 - 2012) dan Ouided Bouchamaoui (Pemenang Nobel Perdamaian 2015 dari Tunisia) yang sekaligus menjadi keynote speaker dan pembicara dalam beberapa sesi. Sementara itu, rencananya Sekjen PBB, Ban Ki-moon dan Presiden Sidang Majelis Umum PBB ke-71, Peter Thomson juga akan menyampaikan pesan dalam bentuk video.
Agama, Demokrasi, dan Pluralisme Jadi Tema Bali Democracy Forum Tahun Ini | PT Equityworld
Bali Democracy Forum (BDF) ke-9 tahun ini mengangkat tema "Religion, Democracy and Pluralism". Acara tahunan yang akan digelar di Bali, 8-9 Desember 2016 ini rencananya akan dibuka oleh Presiden Joko Widodo.
BDF ke-9 rencananya akan dihadiri wakil dari 84 negara dan 5 organisasi internasional dengan 25 negara di antaranya pada tingkat menteri dan wakil menteri. Kemenlu mengklaim, tingginya partisipasi pejabat tinggi negara telah mengukuhkan posisi BDF sebagai satu-satunya forum dialog mengenai pembangunan demokrasi yang konstruktif di kawasan Asia Pasifik. BDF tahun 2015 dihadiri oleh 14 menteri dan wakil menteri.
BDF ke-9 rencananya akan dihadiri oleh Kofi Annan (Sekjen PBB 1997 - 2006), Surin Pitsuwan (Sekjen ASEAN 2008 - 2012) dan Ouided Bouchamaoui (Pemenang Nobel Perdamaian 2015 dari Tunisia) yang sekaligus menjadi keynote speaker dan pembicara dalam beberapa sesi. Sementara itu, Sekjen PBB Ban Ki-moon dan Presiden Sidang Majelis Umum PBB ke-71 Peter Thomson rencananya akan menyampaikan pesan dalam bentuk video.
“Tema BDF ke-9, ‘Religion, Democracy and Pluralism’ sangat relevan dengan keadaan dunia saat ini di tengah meningkatnya pemahaman sempit mengenai agama. Intoleransi antar umat beragama dan bangsa berpotensi mengikis perkembangan demokrasi di berbagai negara, termasuk Indonesia” ujar Dirjen Informasi dan Diplomasi Publik, Duta Besar Esti Andayani, melalui siaran pers kementerian Luar Negeri yang diterima "PR", Rabu, 7 Desember 2016.
Ia mengatakan, melalui BDF ke-9 peserta diharapkan dapat saling belajar mengenai cara terbaik dalam merespon permasalahan ini secara demokratis. Guna menyajikan bentuk yang lebih konkrit, BDF ke-9 untuk pertama kalinya akan mengajak delegasi mengunjungi Pondok Pesantren Bali Bina Insani di Kabupaten Tabanan. Pada kunjungan ini para delegasi dapat melihat langsung praktik kehidupan toleransi antar umat beragama dan proses edukasi yang melanggengkan tradisi pluralisme di Indonesia.