Posted by PT. Equityworld Futures on Selasa, 22 November 2016
Drone penyebar akses internet milik Facebook, Aquila, mengalami kegagalan struktural saat uji coba penerbangan yang dilakukannya belum lama ini. Kini Aquila sedang dalam tahap investigasi.
Dari penjelasan Facebook, Aquila mengalami kegagalan pada sisi teknis yang terjadi sebelum ia mendarat di permukaan usai uji coba penerbangan. Saat ini pihak National Transportation Safety Board (NTSB) sedang melakukan investigasi lebih lanjut dan mengatakan bahwa prosesnya kemungkinan akan memakan waktu satu hingga dua bulan.
Aquila memiliki tujuan mulia yaitu menyebarkan internet kepada 4 miliar orang di seluruh dunia yang belum mendapatkan koneksi. Terkait drone Facebook, baru-baru ini di sela-sela Konferensi Tingkat Tingkat Tinggi Kerja Sama Asia-Pasifik (APEC) di Lima, Peru, Wakil Presiden Jusuf Kalla melakukan pertemuan dengan CEO Facebook Mark Zuckerberg.
Hasil pertemuan dengan miliuner muda itu lebih untuk menawarkan program konektivitas jaringan internet untuk daerah terpencil di Indonesia. "Kebetulan dalam pertemuan tadi Mark mencontohkan Indonesia dalam konektivitas dengan menggunakan drone," katanya seusai pertemuan dengan bos Facebook itu, yang diikuti sejumlah pemimpin ekonomi APEC.
Pemerintah pun, menurut Kalla, bisa membantu memfasilitasi program yang akan dikembangkan oleh Facebook tersebut. Selain mempermudah hubungan antardaerah terpencil dan antar-kawasan, program yang ditawarkan Facebook tersebut bisa membantu peningkatan usaha kecil, mikro, dan menengah (UMKM).
"Kami masih dalam tahap analisis dari uji coba ini, termasuk kegagalan struktural yang terjadi sebelum pendaratan," ungkap Facebook. Mengutip portal berita The Verge, tidak ada korban terluka dari kejadian ini. Namun juru bicara NTSB menuturkan, Aquila mengalami kerusakan secara fisik dan harus diperbaiki jika masih ingin mengudara.
Sebelumnya, Facebook mengatakan bahwa uji coba ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan Aquila. Sehingga, gangguan atau kegagalan seperti ini tentu saja dianggap sudah biasa. Aquila pertama kali diperkenalkan pada Maret 2015. Biasanya uji coba penerbangan bakal menggunakan perangkat yang ukurannya lebih kecil, namun Facebook tetap melakukannya sebagaimana ukuran Aquila yang sebenarnya.
Pesawat nirawak memang besar, lebar sayapnya setara pesawar Boeing 737 yakni 42 meter dengan bobot 400 kilogram. Aquila diklaim mampu terbang selama 90 hari dan bakal mengangkasa di ketinggian 20 sampai 30 kilo meter sehingga tidak mengganggu pesawat komersial, dan diklaim tidak terpengaruh cuaca.
Badan Keamanan AS Selidiki Jatuhnya Drone Facebook | Equity World
Badan Keamanan Amerika Serikat (AS) tengah menyelidiki kecelakaan yang melibatkan drone Aquila milik Facebook. Pesawat tak berawak tersebut jatuh saat sedang melakukan uji coba. Insiden itu terjadi dalam penerbangan uji coba pertama Aquila pada 28 Juni 2016. Diperkirakan kecelakaan terjadi karena kegagalan struktural saat mendarat. Meski demikian, tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut.
"Jika kita membuat investasi yang tepat sekarang, kita dapat menghubungkan miliaran orang di dekade berikutnya dan memimpin jalan bagi generasi kita untuk melakukan hal-hal besar," kata CEO Facebook Mark Zuckerberg dalam sebuah posting-an Facebook, seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (22/11/2016).
Dari sisi spesifikasi, Aquila dapat terbang di area high-altitude. Selain itu, rentang sayap drone ini juga lebih luar dari Boeing 737 dan didukung empat mesin listrik. Sebagaimana diketahui, perusahaan raksasa media sosial tersebut berusaha meningkatkan penetrasi internet di seluruh dunia melalui Aquila. Diharapkan drone tersebut dapat menjadi solusi internet bagi masyarakat yang tidak memiliki infrastruktur komunikasi memadai.
"Drone" Internet yang Ditawarkan Facebook ke Indonesia Diselidiki | Equity World
Facebook menawarkan program konektivitas internet di daerah terpencil melalui drone bikinannya, Aquila, kepada Indonesia. Penawaran tersebut diungkap Wakil Presiden Jusuf Kalla, Sabtu (19/11/2016) lalu.
Drone Aquila memiliki bentang sayap yang lebih lebar dari Boeing 737. Ia memiliki empat mesin elektrik yang ditenagai oleh sel surya. Drone ini berfungsi sebagai pemancar internet di lokasi terpencil yang tidak ada BTS-nya, dengan jangkauan diameter 60 mil.
Insiden drone Facebook yang patah saat uji coba pertama ini menjadi batu sandungan lain bagi upaya Facebook menyebar internet gratis. Sebelumnya, satelit Facebook juga meledak bersama roket Falcon 9 yang membawanya pada September 2016.
Namun, rancangan drone tersebut ternyata masih memiliki kelemahan di bagian strukturnya. Saat ini, drone tersebut pun masih dalam proses penyelidikan. Kelemahan struktur drone Aquila ini terungkap setelah penyelidik keselamatan transportasi AS, NTSB, mengatakan bahwa mereka sedang melakukan investigasi. Penyelidikan tersebut terkait dengan insiden kegagalan struktur (patah) drone Facebook saat uji terbang perdana pada 28 Juni lalu.
Dikutip KompasTekno dari Bloomberg, Selasa (22/11/2016), tidak diketahui struktur atau bagian apa dari drone Aquila yang patah. Yang pasti insiden itu terjadi saat drone Facebook sedang dalam fase mendarat.
NTSB juga mengklasifikasikan kejadian patahnya struktur drone Facebook itu sebagai kecelakaan. Artinya, kerusakan yang dialami drone Facebook cukup substansial. Meski demikian, tidak ada korban jiwa atau efek kerusakan lain yang dihasilkannya. Pihak NTSB saat ini sedang menyelidiki kecelakaan tersebut. Hasilnya akan diumumkan dalam waktu beberapa bulan ke depan.