Posted by PT. Equityworld Futures on Rabu, 30 November 2016
Seorang oknum anggota Polres Kepulauan Seribu, Brigadir H diduga mencabuli anak berusia 13 tahun. Polda Metro Jaya saat ini tengah memproses kasus tersebut. "Kasusnya ditangani Subdit Renakta Ditreskrimum Polda Metro Jaya, tersangka sudah diperiksa," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono di Mapolda Metro Jaya, Rabu (30/11/2016). Argo menjelaskan, selain akan diproses tindak pidana umumnya, H juga akan akan dikenai sanksi internal Polri jika terbukti melakukan hal memalukan itu. Dia memastikan, polisi akan mengusut kasus tersebut.
Ketua Divisi Bidang Hukum dan HAM Kontras, Elang Yayan mengatakan keluarga korban melaporkan kasus tersebut pada 4 November 2016. Ia menjelaskan, pada awalnya korban diperkosa delapan orang temannya pada 13 Maret 2016. Akibat pemerkosaan tersebut korban hamil.
Awalnya, korban takut melaporkan kejadian tersebut ke polisi. Namun, setelah kandungannya makin membesar akhirnya korban didampingi keluarga melapor ke Polres Jakarta Utara pada 13 Juli 2016. Laporan korban diterima, dengan bukti laporan polisi bernomor LP/884/K/VII/2016/PMJ/ResJU, tanggal 13 Juli 2016.
"Karena kebetulan H ini tetanggaan sama korban, sehingga akhirnya korban diantar oleh H, katanya mau diantar ke Polres Jakarta Utara dan KPAI," ujarnya. Namun, bukannya membawa korban ke polisi dan KPAI, H malah membawa korban ke kosan rekannya di kawasan Koja, Jakarta Utara. Diduga di lokasi tersebut korban disetubuhi.
Akibat hal tersebut, akhirnya korban melapor ke Kontras. Akhirnya, Kontras menemani korban untuk melaporkannya ke Polda Metro Jaya. "Setelah korban melapor, korban mendapatkan intimidasi bahkan pagar rumah korban pun dirusak oleh pelaku, dan untuk kasus ini juga telah kami laporkan," kata Elang.
"Yang bersangkutan masih diperiksa dan akan ditahan," ucap Raden. Ternyata, keluarga korban tak hanya melaporkan kejadian tersebut ke polisi saja. Mereka juga melapor hal itu ke Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras).
Kapolda Metro: Polisi Siap Melayani Massa Aksi Bela Islam | Equity World
Polri terus menggelar rapat terkait rencana aksi 'Bela Islam Jilid III' di kawasan Monas, Jakarta Pusat, 2 Desember nanti. Rapat dilakukan untuk kesiapan pengamanan yang matang, mulai dari strategi pengamanan hingga pelayanan bagi peserta aksi.
"Ya tentunya kegiatan tersebut kita kan harus menyiapkan persiapan panggung, persiapn acara, persiapan mobil. Nanti Perlibatan massa yang cukup banyak," imbuh Iriawan. Polisi juga mendatakan keperluan prasarana untuk aksi, termasuk penempatan posko kesehatan, logistik dan lainnya. "Nanti ada (posko) kesehatan, ada air untuk wudhu, ada air untuk minum, tenda, itu sebetulnya . Yang lain-lainnya enggak begitu banyak dibahas," sambung Iriawan.
Soal personel yang akan dilibatkan untuk pengamanan aksi, Iriawan belum bisa memastikannya. Polisi masih menunggu informasi dari pihak Gerakan Nasional Pengawal Fatwa-Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) untuk memastikan berapa jumlah massa yang akan ikut turun dalam akai tersebut. "Kita lihat nanti aja, ya kita kan temanya lain, ada duduk, ada zikir, ada tausiah, kemudian ada khotbah, kemudian salat Jumat," tandasnya.
"Rapat tadi seperti biasa, kita mempersiapkan untuk besok tanggal 2 acara doa bersama ya," ujar Kapolda Metro Jaya Irjen Pol M Iriawan kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (30/11/2016) malam. Iriawan memastikan, pihaknya dibantu unsur TNI siap mengawal aksi super damai tersebut. "Intinya kita siap untuk melayani saudara-saudara kita doa bersama di Monas," imbuh dia.
Selain membahas soal strategi pengamanan, rapat yang dipimpin oleh Kapolri Jenderal Tito Karnavian itu juga membahas kesiapan teknis menyangkut sarana dan prasarana kegiatan. Seperti diketahui, massa akan melakukan doa, zikir bersama, tausiah hingga salat Jumat bersama.
Polda Minta Elemen Buruh Tak Gelar Demo 212 | Equity World
Polda Metro Jaya mengimbau agar elemen buruh tak menggelar aksi unjuk rasa pada 2 Desember 2016 mendatang. Perwakilan kepolisian telah menemui sejumlah elemen buruh agar mengurungkan niat untuk menggelar aksi unjuk rasa.
Namun, massa dipastikan akan duduk berzikir, tausiah, dan salat Jumat berjamaah. Iriawan yakin, jika usai salat Jumat, massa akan membubarkan diri dari Monas. Sementara itu, Pangdam Jaya Mayjen TNI Teddy Lhaksmana meminta, massa tidak memaksakan kehendak saat menggelar aksi unjuk rasa. TNI pun dipastikan membantu kepolisian mengawal jalannya Aksi Bela Islam III pada 2 Desember 2016 mendatang.
Teddy menambahkan, dalam mengamankan Aksi Bela Islam III nanti, polisi sudah mendirikan pos-pos kesehatan dan sebanyak 30 unit mobil ambulans. Dia pun meminta pada massa untuk tidak membawa atribut berupa tiang bendera saat zikir dan doa bersama itu digelar. "Kalau mau doa buat apa bawa bambu dan bendera. Jangan bawa (bambu), mereka sudah janji tak bawa bambu, kami juga tak ada sweeping (pembawaan atribut)," katanya.
"Kami sudah bertemu dengan teman-teman buruh menyampaikan untuk menunda rencana demonya. Kami minta hari biasa saja agar pengamanan dan pelayanan pada Aksi Bela Islam III bisa terfokus," ungkap Kapolda Metro Jaya Irjen Pol M Iriawan usai rapat bersama Pangdam dan Kapolri di Polda Metro Jaya, Rabu, 30 November 2016 malam tadi.
Iriawan menerangkan, Presiden KSPI Said Iqbal tengah berkoordinasi dengan jajaran buruh menentukan sikapnya apakah tetap menggelar aksi demo atau mengundurnya di lain hari. Alasan polisi meminta buruh menunda demonya itu karena tuntutan buruh pun berbeda dengan Aksi Bela Islam III. "Kan lain ya, kalau buruh kan tentang PP 78, kalau ini Aksi Bela Islam III doa bersama. Semoga rekan buruh mau menunda," tuturnya. Terkait kesiapan kepolisian untuk aksi 2 Desember 2016 besok, Iriawan menuturkan, jumlah massa yang bakal menggelar Aksi Bela Islam III itu belum bisa dipastikan.