Gempa cukup kuat terjadi dan dirasakan warga di Pulau Sumba, sehingga BMKG setempat perlu berkordinasi dengan pemerintah daerah untuk memantau dampak gempa ini. Dua kawasan itu dianggap terjadi tumbukan dua lempeng yang terkunci cukup lama, sehingga ketika energinya keluar bisa di atas sembilan SR atau disebut megatrush Mentawai. Dalam sejarahnya di sekitar Mentawai pernah terjadi gempa dahsyat dengan kekuatan 8,9 SR pada 1833 dan 1797 dengan kekuatan 8,4 SR.
Gempa bumi berkekuatan 6,6 SR dilaporkan mengguncang wilayah Pulau Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Gempa yang cukup kuat tersebut terjadi pada Jumat pukul 06.30 WITA berlokasi pada 9.37 derajat lintang selatan dan 118.63 derajat bujur timur atau 59 km barat laut Sumba Barat Daya (SBD), Nusa Tenggara Timur dengan kedalaman 91 km.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Waingapu, Mario Koten, saat dihubungi di Kupang mengatakan gempa berkekuatan 6,6 SR dirasakan semua orang di wilayah itu, dan belum terjadi adanya gempa susulan akibat guncangan tersebut. "Kami mengimbau warga yang berada di wilayah pesisir pantai di Pulau Sumba untuk tetap tenang dan tidak terpancing adanya isu tsunami. Gempa ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami," ujar dia, Jumat (30/12).
Ia mengatakan gempa bumi di Pulau Sumba itu juga dirasakan di Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai, Labuan Bajo, Manggarai Barat, Flores NTT serta Bima dan Bali. Dia menjelaskan, gempa dengan kedalaman 91 km itu dirasakan hingga ke Kuta, Gianyar, Denpasar Bali, Mataram, Bima Nusa Tenggara Barat (NTB), Labuan Bajo, Ruteng-Flores Barat, Waingapu, Tambolaka NTT.
Di Kuta dan Gianyar Bali, rata-rata dirasakan pada skala SIG-BMKG (III MMI) kecuali Mataram, Bima Nusa Tenggara Barat (NTB), Labuan Bajo, Ruteng-Flores Barat, Waingapu, Tambolaka NTT rata-rata hanya pada Skala SIG BMKG (II-MMI). Gempa yang dirasakan hampir seluruh wilayah barat NTT, NTB dan Bali itu tergolong kuat, sehingga mengejutkan warga meskipun tidak berpotensi tsunami.
Menurutnya, hal itu terjadi karena daerah tumbukan lempeng Hindia-Australia yang bergerak menekan lempeng Eurasia di sebelah barat Pulau Sumatera dengan pergerakan tujuh cm per tahun selalu menjadi daerah potensial gempa. Dalam skala nasional bahkan dunia, kata dia, setelah gempa bumi berkekuatan 7,9 skala Richter di Nepal, 25 April 2015, seorang ahli gempa memperkirakan gempa dahsyat selanjutnya akan terjadi di beberapa lokasi yang selama ini belum melepaskan energi tumbukan terbesar, salah satunya adalah gempa di Sumba Barat Daya ini.
Ia mengatakan setiap gempa mempunyai siklus dan ada wilayah yang sudah lama belum ada catatan gempa besar atau seismic gap, pertama di kawasan mulai Pulau Pagai sampai Pulau Enggano. Kedua daerah yang melingkari Pulau Siberut, Sipora, dan Pagai. Pada kedua zona itu belum pernah ada catatan gempa besar, sehingga potensi terjadi gempa dahsyat dapat terjadi sewaktu-waktu.
Gempa 6,6 SR Guncang NTT, NTB dan Bali | Equity World
Gempa dengan kekuatan 6,6 Skala Richter (SR) mengguncang masyarakat di Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Bali. Gempa terjadi pukul 05.30 WIB. Hiposenter gempa terletak pada koordinat 9,37 lintang selatan dan 118,63 bujur timur, atau 59 kilometer barat laut Sumbawa Barat daya, NTT, dengan kedalaman 91 kilometer. "Gempa tidak berpotensi tsunami. Sumber gempa berasal dari subduksi pertemuan lempang Hindia Australia dan Eurasia," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Jumat (30/12).
Hingga saat ini belum ada laporan korban jiwa dan kerusakan bangunan. BPBD masih terus melakukan pemantauan. Info mutakhir akan disampaikan segera jika ada laporan dari lapangan. Masyarakat diimbau untuk selalu waspada. Respons terbaik saat merasakan gempa adalah keluar rumah atau bangunan secepatnya dan berkumpul di tempat yang aman.
Posko BNPB telah mengkonfirmasi dampak gempa. Gempa dirasakan sedang hingga kuat di Kota Bima, Sumbawa, Sumbawa Barat, Praya, Lombok, Kota Mataram hingga Bali. "Gempa ini dirasakan cukup kuat di Sumba Barat Daya selama kurang lebih lima detik. Masyarakat sempat panik, namun belum ada laporan dampak," kata dia.
Gempa juga dirasakan cukup kuat di Sumbawa Barat selama kurang lebih tiga detik. Sedangkan di Kota Mataram dirasakan sedang selama kurang lebih lima detik. Di Kabupaten Dompu, gempa juga dirasakan selama lima detik. Sedangkan di sebagian besar Bali, gempa dirasakan sedang selama sekitar lima detik. Masyarakat pun ke luar rumah.
"Masyarakat panik dan berhamburan ke luar rumah. Aparat dan masyarakat yang sedang melakukan penanganan darurat pascabanjir di Kota Bima juga merasakan guncangan cukup keras dan berhamburan ke luar bangunan dan rumah. Pasien di keluarkan dari bangunan," ujar Sutopo.
Berdasarkan analisis BMKG dari peta gempa dirasakan di Kuta Bali II SIG-BMKG (3 MMI), Gianyar II SIG-BMKG (3 MMI), Mataram II SIG-BMKG (3 MMI). Artinya intensitasnya ringan hingga sedang. Dengan kondisi seperti ini bangunan masih kuat menahan gempa. Jikapun ada kerusakan tidak rusak berat. Umumnya bangunan akan roboh dan rusak berat jika merasakan gempa dengan intensitas gempa dirasakan V-VII MMI.
Gempa Sumba Barat Daya Terasa Hingga Lombok | Equity World
Gempa dengan kekuatan 6,6 SR yang berpusat di 59 kilometer Barat Laut Sumba Barat Daya, NTT terasa hingga Lombok, Jumat (30/12/2016) pukul 05.30.19 WIB. Hasil analisis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, gempa di kedalaman 91 kilometer tidak berpotensi tsunami.
Ditinjau dari kedalamannya, gempa merupakan jenis gempa menengah akibat aktivitas subduksi, hasil interaksi Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia. Agus menyebutkan, berdasarkan informasi yang didapat BMKG akibat gempabumi plafon di gedung pertemuan Paruga, Dompu, NTB, rontok. Warga di Kota Mataram yang merasakan getaran gempa, berhamburan ke luar rumah.
Kepala BMKG Stasiun Geofisika Mataram, Agus Riyanto mengatakan dampak gempabumi berupa guncangan lemah hingga sedang dirasakan di daerah Kuta Bali, Gianyar, Denpasar, Mataram, Bima, Waingapu, Labuan Bajo, Ruteng dalam skala intensitas II SIG BMKG atau (II-V MMI). "Di daerah ini guncangan gempa bumi dirasakan oleh hampir semua orang," terang Agus dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.