DKI Jakarta sebagai Ibu Kota kini sedang berbenah diri untuk menjadi kota dengan pembangunan yang berstandar international. Salah satunya adalah dengan membangun pengolahan sampah dalam kota atau Intermediate Treatment Facility (ITF) di Sunter, Jakarta Utara. Nantinya dengan ITF, DKI bisa mengolah sampah menjadi listrik. Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTS) ini diklaim sebagai yang pertama di Indonesia. Tidak main-main, DKI menggandeng langsung investor asal Finlandia yang dinilai telah berpengalaman dalam bidang pembangunan tersebut.
Penandatanganan perjanjian dalam rangka pembangunan ITF antara Dinas Kebersihan DKI Jakarta dengan PT Jakarta Propertindo (Jakpro) dan Head of Agreement antara PT Jakpro dengan Forum Finlandia berlangsung di Balai Kota, Jumat (16/12).
"Nomor satu forum itu satu-satunya perusahaan yang mampu melakukan optimalisasi yang besar, jadi dengan lokasi yang sama beberapa tahun yang lalu itu hanya bisa memproses 1.000 ton tapi dengan kondisi yang saat ini di lokasi yang sama menawarkan 2.000-2.200 ton jadi luar biasa sekali terobosannya," kata Satya di Balai Kota, Jumat (16/12).
Pembangunan ITF Sunter ini merupakan salah satu realisasi dari UU No 18 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik Berbasis Sampah yang diterapkan pada tujuh kota di Indonesia.
Sejalan dengan UU tersebut, DKI telah menerbitkan Pergub No 50 Tahun 2016 tentang Pembangunan dan Pengoperasian Fasilitas Pengelolaan Sampah di dalam Kota dengan menunjuk Jakpro sebagai pelaksananya.
Rencananya, setelah proyek ITF Sunter rampung akan dibangun empat ITF di lokasi yang berbeda. Empat proyek tersebut tidak akan ditangani oleh Jakpro lagi, melainkan akan dilelang kepada perusahaan swasta.
Proyek pembangunan ITF ini diprediksi akan menelan biaya investasi hingga Rp 3 triliun dimana pola investasi menggunakan sistem Built Operated Transfer (BOT) yang dapat bertahan selama 25 tahun.
Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta, Sumarsono berharap nantinya pembangunan ITF ini bisa diikuti oleh kota-kota lain di Indonesia.
"Ini ITF pertama kali ada di Jakarta dan diharapkan bisa menjadi panutan. Sisa sampah kita buang di Bantar Gebang, nanti akan ada investor lainnya buat lokasi yang lainnya," kata Sumarsono, di Balai Kota, Jumat (16/12).
Sumarsono menambahkan, bahwa pengerjaan proyek ITF dengan kapasitas pengolahan sampah cukup besar sekitar 2.000-2.200 ton per hari ini akan mampu menghasilkan energi listrik sebesar 40 Mega Watt.
"Pada proyek ITF ini, yang mengelola dan mengoperasikan penuh adalah pihak Fortum Finlandia dana selama proses operasi berlangsung, akan ada perwakilan dari Jakpro yang tidur serta mengerjakannya agar belajar cara pengoperasian dari teknologi tersebut," terangnya.
Pemilihan investor ini berdasarkan hasil konsultasi dengan BPPT dan terdapat lebih dari 140 proposal yang masuk meminta untuk menjadi partner. Sehingga akhirnya dipilih Fortum Finlandia yang sanggup menginvestasikan uangnya tanpa jaminan apapun serta teknologi mereka susah teruji di kancah internasional.
Vice President Jakpro, Satya Heragandhi mengaku sangat optimis bisa bekerja sama dengan baik dengan Forum Finlandia.
Gandeng Perusahaan Finlandia, Pemprov DKI Bangun Pengolahan Sampah di Sunter | PT Equityworld
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggandeng perusahaan Finlandia untuk mengatasi sampah di Ibu Kota. Kerjasama tersebut dijalin untuk membangun pengolahan sampah dalam kota atau Intermediate Treatment Facility (ITF) di Sunter, Jakarta Utara.
Rencananya, ITF Sunter akan dibangun di atas lahan 5,5 hektar dengan nilai investasi Rp 3 triliun. Sumarsono mengatakan pembangunan ITF akan berlangsung selam 28 bulan dan akan dioperasikan di 2019.
"Pembangunnannya kita estimasikan 24 sampai 28 bulan, dapat dioperasikan 2019. Saat ini Jakpro fokus yang di Sunter saja. Tapi kita ke depankan pembangunan dengan Finlandia dulu. Untuk pelopor luasnya 5,5 hektar di Sunter," jelas Sumarsono.
Di kesempatan yang sama, Presiden Direktur PT Jakarta Propertindo, Satya Heragandhi mengatakan, ITF sunter juga diproyeksikan menghasilkan energi listrik. Dari pengolahan sampah 2.200 ton tersebut diproyeksikan mampu menghasilkan listrik 40 Megawatt (MW).
"Selain pengolahan sampah, ITF Sunter ini mampu menghasilkan energi listrik dengan kapasitas sebesar 40 MW. Pengolahan sampah dalam kota Jakarta ini menelan investasi 220 juta dollar AS atau sekitar Rp 3 triliun. Kami bangun dengan pola investasi BOT (Built Operated Transfer) selama 25 tahun," jelas Satya.
Penandatangan Memorandum of Understanding (Mou) dilaksanakan di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Jakarta Pusat, Jumat (16/12/2016). Pembangunan pengolahan sampah tersebut dilakukan oleh perusahaan daerah PT Jakarta Propertindo dan mitra strategis Fortum dari Finlandia.
Pemilihan perusahaan Finlandia dikatakan oleh Plt Gubernur DKI Jakarta Sumarsono karena sudah menerapkan teknologi di negara di Eropa. ITF Sunter direncanakan mampu mengolah sampah 2.000 hingga 2.200 ton perhari.
"Kita sudah dapat jaminan dari Fortum karena mereka punya pengalaman lebih dari 30 negara, mereka sudah operasikan proyek pengolahan sampah ini di banyak tempat. Mereka sangat tahu atasi jenis sampah yang beda-beda," tutur Sumarsono.
"Fortum ini adalah satu-satunya perusahaan yang mampu optimisasi besar, dengan luas lokasi yang sama beberapa tahun lalu hanya bisa proses 1.000 ton, tapi sekarang dengan lokasi ini Fortum bisa menawarkan 2.000 sampai 2.200 ton, dan ini luar biasa sekali terobosan teknologinya desainnya," jelasnya.
Proyek ITF Sunter yang Dilanjutkan Sempat Mangkrak 4 Tahun | PT Equityworld
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kembali melanjutkan proyek pembangunan pengolahan sampah atau Intermediate Treatment Facility (ITF) Sunter, Jakarta Utara. Proyek pengolahan sampah berbasis lingkungan itu sempat mangkrak disebabkan sistem pelelangan yang tidak jelas hingga anggaran yang hilang di APBD.
"Kita sudah dapat jaminan dari Fortum karena mereka punya pengalaman lebih dari 30 negara, mereka sudah operasikan proyek pengolahan sampah ini di banyak tempat. Fortum bisa menawarkan 2.000 sampai 2.200 ton, dan ini luar biasa sekali terobosan teknologinya desainnya," jelas Sumarsono.
Rencananya, ITF Sunter akan dibangun di atas lahan 5,5 hektar dengan nilai investasi Rp 3 triliun. Sumarsono mengatakan bahwa pembangunan ITF akan berlangsung selama 28 bulan dan akan dioperasikan di 2019. Presiden Direktur PT Jakarta Propertindo, Satya Heragandhi mengatakan, ITF sunter juga diproyeksikan menghasilkan energi listrik. Dari pengolahan sampah 2.200 ton tersebut diproyeksikan mampu menghasilkan listrik 40 Megawatt (MW).
"Selain pengolahan sampah, ITF Sunter ini mampu menghasilkan energi listrik dengan kapasitas sebesar 40 MW. Pengolahan sampah dalam kota Jakarta ini menelan investasi 220 juta dollar AS atau sekitar Rp 3 triliun. Kami bangun dengan pola investasi BOT (Built Operated Transfer) selama 25 tahun," tutur Satya.
Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta, Isnawa Adji di Balai Kota, Gambir, Jakarta Pusat, Jumat (16/12/2016). Adji mengatakan, proyek ITF sudah dimulai melalui pelelangan pada empat tahun silam namun diberhentikan.
"Sebetulnya tiga empat tahun lalu kita harusnya sudah mulai. Kita tahu ada namanya lelang Sunter tapi akhirnya dibatalkan. Memang rekomendasinya, ada ketidakkonsistenan dalam metode pemilihannya," jelas Adji.
Proyek ITF Sunter diketahui mangkrak pembangunannya sejak dimulai era Gubernur Fauzi Bowo pada 2012. Pada 2015, Gubernur Basuki Tjahja Purnama sempat melanjutkan pembangunan namun anggaran untuk membangun ITF itu hilang dari APBD DKI. Anggaran ITF ini hilang sejak 2013 dan di 2014 yang kemudian muncul menjadi anggaran dalam bentuk anggaran UPS.
Hingga pada 2016, Peraturan Presiden nomor 18 tahun 2016 tentang Perencanaan Pembangunan Pembangkit Listrik Berbasis Sampah dirilis oleh Presiden Joko Widodo. Perpres tersebut mewajibkan pembangunan pembangkit listrik berbasis sampah di tujuh kota di Indonesia termasuk Jakarta.
Pemprov DKI Jakarta menerbitkan Pergub No.5/2016 tentang pembangunan pengelolaan sampah. Pergub tersebut menugaskan dalam PT Jakarta Propertindo (JakPro) sebagai pembangun proyek ITF.
Kemudian setelah Pergub nomor 5/2016 diterbitkan, JakPro melakukan joint venture pelaksaan proyek ITF dengan Fortum Finland sebagai operator proyek ITF. Fortum Finland dipilih, disebutkan oleh Plt Gubernur DKI Jakarta Sumarsono karena sudah menerapkan teknologi di negara di Eropa. ITF Sunter direncanakan mampu mengolah sampah 2.000 hingga 2.200 ton perhari.