Posted by PT. Equityworld Futures on Kamis, 15 Desember 2016
Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian membantah keras tuduhan bahwa penangkapan teroris yang berencana meledakkan diri di kompleks kepresidenan hanya sebagai pengalihan isu. Menurut dia, polisi bukan sutradara yang pandai merekayasa kejadian, apalagi soal pengungkapan terorisme yang kerap jadi sorotan publik.
Kepolisian tak ingin isu yang berkembang justru merugikan publik. Sebelumnya, Kepala Divisi Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar menganggap pemberitaan soal teroris tidak boleh dianggap remeh. Wacana adanya pengalihan isu ini malah berpotensi membuat masyarakat menjadi lengah terhadap perkembangan gerakan radikal. "Jangan sampai publik tidak waspada dan menganggap itu kondisi yang direkayasa," kata Boy.
"Rekan-rekan yang ada di Densus (Detasemen Khusus 88 Antiteror) ini, Polri, ini bukan sutradara. Kami tidak pernah belajar jadi sutradara. Para tersangka yang ditangkap ini juga bukan aktor, bukan aktris yang pandai memainkan drama," ujar Tito di Kompleks Mabes Polri, Jakarta, Jumat (16/12/2016). Mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) ini mengatakan sudah terbiasa menghadapi opini bahwa pengungkapan kasus terorisme adalah pengalihan isu.
Namun, kata Tito, sistem hukum di Indonesia sangat terbuka sehingga siapa pun yang diproses polisi akan dibuktikan di pengadilan. "Semua orang bisa melihat bahkan merekam yang terjadi. Jadi, sutradara Hollywood, seperti apa pun yang jago, tidak akan mampu dia merekayasa kasus seperti ini," kata Tito. "Karena mereka bukan aktor, ngapain juga dia pasang badan seolah-olah mau ngebom," lanjut dia. Intelijen, kata dia, terus memonitor pergerakan kelompok teroris selama 24 jam.
Itu terbukti setelah adanya sejumlah penangkapan susulan terkait temuan bom di kawasan Bekasi tersebut. Hingga saat ini, sudah 12 orang ditangkap oleh Densus. "Kita beruntung ada kasus seperti ini kita gagalkan. Namun, kita lihat di Samarinda terjadi peristiwa, Medan terjadi peristiwa, Thamrin terjadi peristiwa," kata Tito. Polri tengah menyelidiki adanya wacana yang menyebut bahwa temuan bom di Bekasi adalah pengalihan isu.
Kapolri Lantik 6 Kapolda Baru | PT Equityworld
Sejumlah Kapolda dimutasi dalam rangka penyegaran sesuai dengan surat telegram Kapolri pada Senin (12/12) lalu. Hari ini, pelantikan digelar menyusul adanya mutasi tersebut. Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian memimpin jalannya upacara serah terima jabatan kepada enam kapolda di Rupatama Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta Selatan, Jumat (16/12/2016).
"Demi Allah saya bersumpah, selaku pejabat Kepolisian Republik Indonesia akan taat kepada Pancasila, UUD 1945, dan NKRI. Saya akan mentaati segala peraturan perundangan dan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab. Saya akan selalu menjunjung tinggi negara dan pemerintah, serta senantiasa mengutamakan kepentingan masyarakat daripada kepentingan sendiri maupun perseorangan dan golongan," ucap Tito memimpin sumpah.
Mereka yang dilantik adalah Irjen Wilmar Marpaung yang sebelumnya menjabat sebagai Kapolda Sulut. Irjen Wilmar digeser ke Widyaiswara Sespim Polri. Tongkat Kapolda Sulut diserahkan kepada Kapolda Jabar Irjen Bambang Waskito.
Selanjutnya adalah Irjen Muktiono, yang sebelumnya menjabat Sahli Kapolri, menjadi Kapolda Sulsel. Irjen Muktiono menggantikan Irjen Anton Charliyan yang digeser menjadi Kapolda Jabar. Kapolda Jatim Irjen Anton Setiadji, yang sudah pensiun, dan digantikan oleh Irjen Machfud Arifin dan Kapolda NTT saat ini diserahkan kepada Brigjen Agung Sabar Santoso.
Kapolri: Soal Pengalihan Isu di Penangkapan Teroris, Mana Buktinya? | PT Equityworld
Kapolri Jenderal Tito Karnavian meminta bukti kepada siapa pun yang menyebut penangkapan teroris sebagai pengalihan isu. Dia menegaskan bahwa pengungkapan aksi terorisme berdasarkan kinerja yang dilakukan institusinya.
"Anda mengatakan pengalihan isu ada datanya enggak? Kalau ada laporkan, jangan takut. Bila perlu kami dipanggil Komisi III DPR, kita jelaskan," tegas Tito di Rupatama Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Jumat (16/12/2016).
Anggota DPR fraksi PAN Eko Hendro Purnomo pun mengatakan bahwa penangkapan teroris adalah pengalihan isu dari sidang Basuki Tjahaja Purnama. Namun pihak PAN menyatakan bahwa Eko Patrio tidak pernah bicara seperti itu.
"Kalau ada data, pelaku mengatakan ada rekayasa, fine, internal kita bila perlu saya pecat," ujarnya. Sebelumnya ada pemberitaan bahwa anggota DPR fraksi PAN Eko Hendro Purnomo mengatakan bahwa penangkapan teroris adalah pengalihan isu dari sidang Basuki Tjahaja Purnama. Tito pun mengundang Eko untuk meminta penjelasan. Tito ingin mengetahui apakah pernyataan Eko tersebut berdasarkan data atau tidak.
"Sementara ini kita akan undang. Kita lihat punya data enggak. Enggak main-main kita. Kalau tidak punya data, pertanggungjawabkan," ujar. Dia pun menambahkan bagi yang mengatakan ini adalah rekayasa atau pengalihan isu tanpa bukti, bisa dikenakan pidana. "Bisa pidana bisa juga minta maaf ke publik," ungkap Tito.
"Jadi sekali lagi, pengalihan isu tidak ada. Jadi teman-teman berdasarkan kerja keras mereka. Kegiatan intelijen yang memonitor terus 24 jam," tegasnya. Sebelumnya, Tim Densus 88 Antiteror menangkap keempat terduga teroris di sejumlah tempat terpisah pada Sabtu (10/12). Di rumah kos yang dihuni Dian, tim Densus menemukan bom panci seberat 3 kg dengan daya rusak ledakan mencapai radius 300 meter.